Pages

Flag Counter Versi 2

free counters

Senin, 30 Januari 2012

SEJARAH CANDI PRAMBANAN

CANDI PRAMBANAN DITINJAU DARI SEGI SEJARAH
NIh Candi Prambanan
NIh Candi Prambanan
1.Sejarah Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah kelompok percandian Hindu yang dibangun oleh raja – raja Dinasti Sanjaya pada abad XI . Ditemukanya tulisan nama Pikatan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung. Berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M Prasasti Singawargha sebagai manifest politik untuk menenguhkan kedudukannya sebagai Raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan mataram ke Jawa timur, berakibat tidak terawatnya candi – candi di daerah ini ditambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali meletusnya gunung merapi menjadikan candi Prambanan runtuh tinggal puing – puing batu yang berserakan. Sungguh menyedihkan itulah keadaan pada saat penemuan kembali candi Prambanan.
Usaha pemugaran yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda berjalan sangat lamban dan akhirnya pekerjaan yang sangat berharga itu diselesaikan oleh bangsa Indonesia.
Pada tanggal 20 desember 1953 pemugaran candi induk Loro Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia pertama.
Sampai sekarang pekerjaan pemugaran dilanjutkan, yaitu pemugaran candi Brahma dan candi Wisnu. Candi Brahma dipugar mulai tahun 1977 dan selesai pada tanggal 23 Maret 1987 . Sedangkan candi Wisnu mulai dipugar pada tahun 1982 dan diresmikan oleh bapak Presiden Soeharto pada tanggal 27 April 1991.

2. Lokasi Candi Prambanan
Candi Loro Jonggrang atau yang sering disebut Candi Prambanan terletak persis di perbatasan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa tengah, ± 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta atau ± 53 km sebelah barat Solo. Komplek percandian Prambanan ini masuk ke dalam dua wilayah yakni komplek bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur masuk wilayah propinsi Jawa tengah. Percandian Prambanan berdiri di sebelah timur sungai opak ± 200 meter sebelah utara jalan raya Yogya – Solo.

3. Asal – usul nama candi Prambanan
Gugusan candi ini dinamakan Prambanan karena terletak di daerah Prambanan. Nama Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung putri Prabu Boko.
4. Deskripsi Bangunan
Komplek percandian Prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas (latar pusat) yang makin ke dalam makin tinggi letaknya.
Berturut – turut luasnya 390 meter persegi, panjang 222 meter persegi dan tinggi 110 meter persegi. Didalam latar tengah terdapat reruntuhan candi – candi Perwara.
Apabila seluruhnya telah selesai dipugar, maka akan ada 224 buah candi yang ukuranya semua sama yaitu luas dasar 6 meter persegi dan tingginya 14 meter. Latar pusat adalah latar terpenting di atasnya berdiri 16 buah candi besar dan kecil. Candi – candi utama berdiri atas dua deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu dan Candi Bhama. Deret kedua yaitu candi Nandi, Candi Angsa dan Candi Garuda. Pada ujung – ujung lorong yang memisahkan kedua deretan candi tersebut terdapat candi Apit. Delapan candi lainya lebih kecil. Empat diantaranya Candi Kelir dan empat candi lainya disebut Candi Sudut. Secara keseluruhan percandian ini terdiri dari 240 buah candi.

5. Candi – candi di Prambanan
  • Candi Siwa
Candi dengan luas dasar 34 meter persegi dan tinggi 47 meter persegi adalah candi terbesar dan tertinggi. Dinamakan candi Siwa karena didalamanya terdapat arca Siwa Mahadewa yang merupakan arca terbesar. Bangunan ini terbagi atas tiga bagian secara vertical kaki, tubuh dan kepala atau atap. Kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang masih diliputi oleh hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah meninggalkan keduniaan dan di atas melukiskan “dunia atas” tempat para dewa.
Gambar kosmos nampak pula dengan adanya arca dewa – dewa dan mahluk surgawi yang menggambarkan Gunung Mahameru ( Mount Everest di India ) tempat para dewa. Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di tangan kirinya berdiri dua arca raksasa penjaga, dengan membawa gada yang merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat empat ruangan yang menghadap ke arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah – tengah. Kamar terdepan kosong, sedangkan ketiga kamar lainnya masing – masing berisi arca : Siwa Maha Guru, Ganesha dan Durga.
Dasar kaki candi dikelilingi oleh selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan cara Pradaksina ( berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu utama. Hiasan – hiasan pada dinding sebelah luar berupa “kinari – kinari” ( kepala raksasa yang lidahnnya berwujud sepasang mitologi) dan mahluk surgawi lainnya.
Atap candi bertingkat – tingkat dengan susunan yang amat komplek masing –masing dihiasi sejumlah ratna dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
1. Arca Siwa Mahadewa
Menurut ajaran Trimurti – Hindu, yang paling dihormati adalah dewa Brahma sebagai pencipta alam, kemudian dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan dewa Siwa sebagai perusak alam. Tetapi di India maupun di Indonesia , Siwa adalah dewa yang paling terkenal.
Di Jawa, dia dianggap yang tertinggi, karenanya ada yang menghormatinya sebagai Mahadewa. Arca ini mempunyai tinggi 3 meter berdiri di atas landasan batu setinggi 1 meter.
Di antara kaki arca dan landasanya terdapat batu bundar berbentuk bunga teratai. Arca ini menggambarkan Raja Balitung, tanda – tanda sebagai Siwa adalah tengkorak di atas Bulan Sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya, bertangan empat berselampangkan ular, kulit harimau di pingganya serta senjata trisula pada sandaran arcanya. Tangan – tanganya memegang kipas, tasbih, tunas bunga teratai, dan benda bulat sebagai benih alam semesta. Raja Balitung dipandang sebagai penjelmaan Siwa oleh keturunan dan rakyatnya.
2. Arca Siwa Mahaguru
Arca ini berwujud seorang tua yang berjanggut yang berdiri dengan perut gendut. Tangan kananya memegang tasbih, tangan kiri memegang kendi, dan bahunya terdapat kipas. Semuanya adalah tanda – tanda seorang pertapa. Trisula yang terletak di sebelah belakangnya menandakan senjata khas Siwa. Arca ini menggambarkan pendeta alam dalam istana Raja Balitung sekaligus seorang penasihat dan guru. Karena besar jasanya dalam menyebarkan agama Hindu – Siwa, maka ia dianggap salah satu aspek atau bentuk dari Siwa.
3. Arca Ganesha
Arca ini berwujud manusia berkepala gajah, bertangan empat yang sedang duduk dengan perut gendut. Tangan – tangan belakangnya memegang tasbih dan kampak sedangkan tangan – tangannya memegang pahatan gadingnya sendiri dan sebuah mangkuk. Ujung belalainya dimasukan ke dalam mangkuk itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan. Ganesha memang menjadi lambang kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, penghalau segala kesulitan. Pada mahkotanya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa ia anak Siwa dan Uma, istrinya. Arca ini menggambarkan putra mahkota sekaligus panglima perang Raja Balitung.
4. Arca Durga atau Loro Jonggrang
Arca ini berwujud seorang wanita bertangan delapan yang memegang beraneka macam senjata : cakra, gada, anak panah, ekor banteng, sankha, perisai, busur, panah, dan rambut berkepala Asura. Ia berdiri di atas benteng Nandi dalam sikap tribangga ( tiga gaya gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh) Banteng Nandi sebenarnya penjelmaan Daru Asura yang menyamar.
Durga berhasil mengalahkanya dan menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah Asura yang lalu ditangkapnya. Ia adalah salah satu aspek dari sakti isteri Siwa.
Menurut metologi ia tercipta dari lidah –lidah api yang keluar dari tubuh para dewa. Durga adalah dewa kematian, karenanya arca ini menghadap ke utara yang merupakan arah mata angin kematian. Sebenarnya arca ini sangat indah apabila dilihat dari kejauhan nampak seperti hidup dan tersenyum namun hidungnya telah dirusak oleh tangan –tangan jahil. Arca ini menggambarkan permaisuri Raja Belitung.
  • CandiBrahma
Luas dasarnya 20 m2 dan tingginya 37 meter. Di dalam satu- satunya ruangan yang ada berdirilah arca Brahma berkepala empat dan berlengan empat. Arca ini sebenarnya sangat indah tetapi sudah rusak. Salah satu tangannya memegang tasbih yang menggambarkan waktu dan yang satu memegang kamandalu tempat air. Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab suci Weda masing – masing menghadap keempat arah mata angin. Keempat lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta, ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air.
Dasar kaki candi juga dikelilingi oleh selasar yang dibatasi oleh pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief lanjutan cerita ramayana dan relief serupa pada candi Siwa hingga tamat.
  • CandiWisnu
Bentuk dan ukuran relief serta hiasan dinding luarnya sama dengan Candi Brahma. Di dalam satu – satunya ruangan yang ada berdirilah arca Wisnu bertangan empat yang memegang gada, cakra, tiram. Pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief cerita kresna sebagai avatara atau penjelmaan Wisnu dan Balarama (Baladewa) kakaknya.
  • CandiNandi
Luas dasarnya 15 meter persegi dan tingginya 25 meter. Di dalam satu – satunya ruangan yang ada, terbaring arca seekor lembu jantan dalam sikap merdeka dengan panjang ± 2 meter. Di sudut belakangnya terdapat arca Dewa Candra. Candra yang bermata tiga berdiri di atas kereta yang ditarik oleh 7 ekor kuda. Candi ini sudah runtuh.
  • Candi Angsa
Candi ini berisi satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 meter persegi dan tingginya 22 meter. Mungkin ruangan ini hanya digunakan untuk kandang angsa atau hewan yang biasa dikendarai oleh Brahma.
  • Candi Garuda
Bentuk dan ukuran serta hiasan dindingnya sama dengan Candi Angsa. Di dalam satu – satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang berwujud seekor garuda di atas seekor naga.
  • Candi Apit
Luas dasarnya 6 m2 dengan tinggi 16 meter, ruanganya kosong, mungkin candi ini digunakan untuk bersemedi untuk memasuki candi induk. Karena keindahanya mungkin digunakan untuk menanamkan estetika dalam komplek percandian Prambanan.
  • Candi Kelir
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 meter. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk fungsinya sebagai penolak bala.
  • Candi Sudut
Ukuran candi – candi ini sama dengan candi kelir.
6. Candi – candi lain di sekitar Prambanan
1. Candi Lumbung, Bubrah dan Sewu
Ketiga candi ini tinggal reruntuhan kecuali candi Sewu yang masih bisa dinikmati keindahanya, semuanya terletak dalam komplek candi Prambanan.
2. Candi Plaosan
Letaknya ± 1 km ke arah timur candi Sewu. Candi ini dibangun pada pertengahan abad 9 M oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah kepada permaisurinya. Kelompok Candi Plaosan Lor (utara) terdiri atas dua candi induk, 58 perwara dan 126 buah stupa. Kelompok candi Plaosan kidul (selatan) hanya berupa sebuah candi. Halaman candi induk terbagi 2 yang masing – masing di atasnya berdiri sebuah biara bertingkat dua . Tingkat atas untuk tempat tinggal para pendeta Budha dan tingkat bawah untuk kegiatan keagamaan.
3. Candi Sajiwon
Letak candi ini ± 2 km ke arah tenggara dari percandian Prambanan. Sebagian besar hanya berupa reruntuhan. Pada kaki candi terpahat relief cerita bintang yang mengandung nilai – nilai filsafat.
4. Candi Boko
Letaknya ± 3 km ke arah selatan dari percandiaan Prambanan, berdiri di atas bukit kidul yang merupakan lanjutan dari pegunungan seribu dengan pemandangan alam nan permai di sekitarnya. Bangunan ini sangat unik berbeda dengan bangunan – bangunan lain di sekitarnya dan lebih mengesankan sebuah keraton (istana).
Diperkirakan Balaputera Dewa dan Dinasti Syailendra yang beragama budha mendirikanya pada pertengahan abad 9 M sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan. Menurut legenda disinalah letak istana Ratu Boko, ayah Loro Jonggrang.
5. Candi Banyunibo
Candi ini terletak ± 200 meter ke arah tenggara dari candi Boko, berdiri di atas sebuah lembah. Banyu berarti air, nibo berarti jatuh menetas.
6. Candi Sari
Sari berarti indah atau cantik sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena keindahanya yang menarik perhatian ia dinamakan demikian. Puncak atapnya berhiasakan 9 stupa yang sama sebangun dan tersusun dalam tiga deret. Di bawah masing – masing stupa terdapat ruangan – ruangan yang bertingkat 2 yang digunakan sebagai tempat meditasi dan mengajar.
Arca – arca Bodhisattwa terpahat pada dinding luarnya. Dinding ini dihias dengan amat indahnya biara Budha yang dibangun pada abad 8 M ini terletak pada sisi kiri jalan raya Yogya – Solo, masuk ± 500 meter ke arah utara. Bangunan dengan panjang 17, 32 meter dan lebar 10 meter ini merupakan sebagian saja dari kumpulan candi yang telah hilang .
7. Candi Kalasan
Peninggalan agama Budha tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa tengah adalah candi Kalasan. Candi ini terletak pada sisi sebelah kanan jalan raya Yogya – Solo 13 km masuk beberapa puluh meter ke arah selatan. Candi ini didirikan oleh Panangkaran, raja kedua dari kerajaan Mataram kuno pada abad 8 M sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Lengkung kala – makara dengan hiasan khayangan di atasnya terpahat pintu masuk dengan begitu indahnya. Keindahan hiasan dan relief – reliefnya disebabkan oleh sejenis semen kuno bajralepa. Candi ini dianggap permata kesenian Jawa Tengah.
8. Candi Sambisari
Letaknya ± 5,5 km dari percandiaan Prambanan ke arah barat dan ± 2,5 km ke arah utara dari jalan raya Yogya – Solo. Setelah terpendam, selama berabad – abad karena letusan Gunung Merapi pada bulan juli 1966 ditemukan kembali secara kebetulan oleh seorang petani yang tengah mengerjakan sawahnya. Kemudian di perbaiki dan pada tahun 1986 telah selesai.
Ini adalah hasil karya tulis saya waktu saya mengunjungi kota Yogyakarta, hasil karya tulis Ini sebenarnya saya buat sewaktu saya masih duduk di SMP, mohon maaf jika ada kesalahan mengenai hasil karya tulis ini dan semoga ini bermanfaat bagi yang ingin mengetahui sejarah candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar