Senin, 30 Januari 2012
KISAH PENGUSAHA SUKSES PENDIRI APPLE
Cerita sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah ada.
Dalam bukunya, Emily Ross & Angus Holland mengisahkan hal ini cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah sukses atas dasar sejarah dan kecenderungannya, sehingga mempermudah pembaca untuk memahami. Sebagai contoh adalah kisah-kisah sukses yang diraih karena kekuatan adaptasi modelnya. Ross & Holland menyebutkan Starbucks yang berevolusi dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola yang berjaya setelah dikemas dalam botol.
Keberanian mengambil risiko oleh para kreator dan inovator juga menjadi kisah tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi salah satu contoh besarnya. Sang penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika mengajukannya ke Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada Steve Jobs yang kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil menjual mobil VW milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka membiayai desain pertama Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih tua. Siapa sangka kalau kini Apple menjelma menjadi sebuah usaha besar di dunia.
Sementara itu banyak juga sukses besar yang bermula dari gagasan sepele. Liquid Paper adalah salah satu contohnya. Produk ini bermula dari kebingungan sang penemunya, Bette Graham. Saat itu, seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris ini kerap stres lantaran pekerjaannya dalam mengetik. Bayangkan, bagaimana pusingnya dia ketika harus membuat hasil ketikannya rapi dan bersih, sementara ketikannya kerap salah.
Suatu ketika tanpa sengaja dia melihat seorang tukang cat tengah mengecat. Tukang cat itu ternyata tak sengaja menodai hasil kerjanya. Untuk membersihkannya, pengecat itu kemudian menimpa noda itu dengan cat putih.
Dari situ, Graham terpikir untuk melakukan hal serupa. Dia mencoba menggunakan cat tempera putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk menutup kesalahan ketiknya. Ternyata berhasil. Pada tahun 1957 ketika teman-temannya mengetahui hal ini, Graham mulai mengomersialkan, hingga mampu menjual sekitar 100 botol per bulan. Hebatnya, 15 tahun kemudian, perusahaan yang didirikan berhasil menjual sedikitnya lima juta botol per tahun.
Yang tak kalah menarik adalah sukses besar yang terjadi karena kecerdikannya dalam mengadopsi ide orang lain. Contohnya Dietrich Mateschitz yang mengubah tonik menyehatkan asal Thailand, si kerbau air merah alias Krating Daeng, menjadi manis dan berbuih yang cocok untuk orang-orang Austria. Ia lantas mengemasnya lebih menarik dalam kaleng ramping, dan memberinya merek Red Bull. Dengan klaim sebagai ‘minuman cerdas’ yang mampu meningkatkan kinerja seseorang, Red Bull menangguk sukses besar. Pada tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar AS, dan kini diperkirakan jauh melebihi angka itu.
Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell?
Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan Larry Page. Ia melakukan inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses menyaingi mesin pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.
Dalam buku ini juga diungkapkan tentang para penemu yang kurang beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang lain. Salah satu contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5. Tapi sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala besar. Hasilnya? Keluarga Wertheimer yang justru menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang.
Seratus jurus sukses bisa menjadi inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan dengan cara apa saja. Yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam menghadapi risiko.
Anda pasti mengenal produk Mac, iPod, dan yang terakhir iPhone. Ketiga produk itu adalah brand yang sangat terkenal dari perusahaan Apple Inc. Bahkan, Apple saat ini dianggap sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh dalam perkembangan teknologi dunia. Lantas, apa sebenarnya kunci sukses dari Apple dalam menciptakan inovasi teknologi tersebut?
Adalah sosok Steve Jobs, sang pendiri Apple lah yang memiliki visi jauh ke depan sehingga membuat Apple menjadi perusahaan yang sangat disegani hingga kini. Namun, jika menengok kisah Steve, kita sebenarnya bisa melihat betapa ia adalah sosok pengagum kesederhanaan dan keindahan. Inilah dua kunci dasar – selain visinya ke depan – yang membuat Apple berhasil mematahkan dominasi Microsoftnya Bill Gates.
Bagi Anda yang sudah akrab dengan beberapa produk Apple, pasti segera tahu betapa produk Apple sangat sederhana dan user friendly. Namun, meski sederhana, bentuknya sangat elegan. Inilah yang membuat Apple selalu punya penggemar fanatik. Tentu, hal ini tak bisa lepas dari sentuhan tangan dingin sang pendiri, Steve Jobs.
Steve Jobs lahir pada 24 Februari 1955 dari seorang ibu berkebangsaan Amerika, Joanne Carole Schieble, dan ayah berkebangsaan Syria, Abdulfattah “John” Jandali. Namun, saat dilahirkan, ia segera diadopsi oleh pasangan Paul dan Clara Jobs. Sejak kecil, Jobs sudah menunjukkan ketertarikannya pada peranti elektronik. Bahkan, dia pernah menelepon William Hewlett – presiden Hewlett Packard – untuk meminta beberapa komponen elektronik untuk tugas sekolah. Hal itu justru membuatnya ditawari bekerja sambilan selama libur musim panas. Di Hewlett-Packard Company inilah ia bertemu dengan Steve Wozniak, yang jadi partnernya mendirikan Apple.
IQ-nya yang tinggi membuat Steve ikut kelas percepatan. Tapi, ia sering diskors gara-gara tingkahnya yang nakal – meledakkan mercon hingga melepas ular di kelas. Di usianya yang ke-17, ia kuliah di Reed College, Portland, Oregon. Namun, ia drop out setelah satu semester. Meski begitu, ia tetap mengikuti kelas kaligrafi di universitas tersebut. Hal itulah yang membuatnya sangat mencintai keindahan.
Tahun 1974 ia kembali ke California. Ia bekerja di perusahaan game Atari bersama Steve Wozniak. Suatu ketika, Steve Jobs tertarik pada komputer desain Wozniak. Ia pun membujuk Wozniak untuk mendirikan perusahaan komputer. Dan, sejak itulah, tepatnya 1 April 1976, di usinya yang ke-21, Steve mendirikan Apple Computer. Singkat cerita, kisah sukses segera menjadi bagian hidupnya bersama Apple.
Namun, saat perusahaan itu berkembang, dewan direksi Apple justru memecat Steve karena dianggap terlalu ambisius. Sebuah pemecatan dari perusahaan yang didirikannya sendiri. Meski sempat merasa down, karena kecintaannya pada teknologi, ia pun segera bangkit. Steve mendirikan NeXT Computer. Tak lama, ia pun membeli perusahaan film animasi Pixar. Dari kedua perusahaan itulah namanya kembali berkibar. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada Apple. Perusahaan itu justru di ambang kebangkrutan.
Saat itulah, Steve kembali ke Apple, hasil dari akuisisi Apple terhadap NeXT. Banyak orang yang meramalkan Steve tak kan lagi mampu mengangkat Apple. Steve menanggapinya dengan dingin. “Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kita yakini,” sebut Steve.
Kecintaan inilah yang mengantarkan Steve kembali mengorbitkan Apple ke jajaran elit produsen alat teknologi papan atas. iPod dan iPhone saat ini menjadi produk yang sangat laris di pasaran. Visinya ke depan juga membuat iTunes, sukses jadi toko musik digital paling sukses di dunia. Ia menjawab keraguan orang dengan kerja nyata dan hasil gemilang. Bentuk indah, elegan, sederhana, namun powerful, menjadi ciri khas produk Apple hingga saat ini.
Kecintaan kita pada apa yang kita lakukan akan menjadi jalan kita menuju kesuksesan. Hal itulah yang dibuktikan oleh sosok Steve Jobs. Bahkan, meski ia sempat terpuruk dan “diusir” dari perusahaannya sendiri, kecintaannya pada teknologi membuatnya kembali. Inilah bukti nyata bahwa jika kita mencintai pekerjaan kita dengan sepenuh hati, hasil yang dicapai pun akan jauh lebih maksimal.
English Version
Success stories do not always start with big ideas. Many of the success which was born from the idea of trivial. There is also a huge profit, because kelihaiannya adopt and replicate the findings of others. But not least also a success because of his courage to risk and creativity in the innovation of something that already exists.
In her book, Emily Ross & Angus Holland tells it quite interesting. He also sort out the success stories on the basis of history and trends, making it easier for readers to understand. An example is the success stories achieved because of the strength of adaptation model. Ross & Holland mentions Starbucks that evolved from just a coffee shop, and Coca Cola which may arise after packaged in bottles.
Courage to take risks by creators and innovators also a story in itself. The success of Apple became one big example. The inventor, Steve Wozniak, was rejected when it took them to Hewlett-Packard (HP). He then handed it to Steve Jobs, who later became his partner. With capital money from selling VW's Wozniak and Jobs's HP calculator, they finance the design of Apple's first 21 years when Jobs and Wozniak was five years older.Who would have thought that Apple is now transformed into a big business in the world.
Meanwhile, many are also a great success that the idea originated from trivial. Liquid Paper is one such example. This product confusion stems from the inventor, Bette Graham. At that time, a mother who worked as a secretary is often stressful due to her work in typing. Imagine, how dizziness when he had to make the results ketikannya neat and clean, while ketikannya often wrong.
Once when she accidentally saw a painter painting the center. Painters accidentally turned out to tarnish his work. To clean it, painting it and then overwrite it with white paint stains.
From there, Graham thought to do the same. He tried using white tempera paint, water-based and thin brush to cover ketiknya errors. It worked. In 1957 when his friends knew this, Graham began to commercialize, to be able to sell about 100 bottles per month.Remarkably, 15 years later, the company founded managed to sell at least five million bottles per year.
No less interesting is the huge success that happens because of cleverness in adopting the ideas of others. For example Dietrich Mateschitz healthful tonic that changed from Thailand, the red water buffalo alias Krating Daeng, a sweet and bubbly are suitable for people of Austria. He then package it more attractive in slim cans, and gave the Red Bull brand. With the claim as a 'smart drinks' are able to improve one's performance, Red Bull reap great success. In 2006, sales reached 3.5 billion U.S. dollars, and is now expected to far exceed that figure.
Success also can occur in someone who has the ability to innovate and do better execution of ideas that already exist. Michael Dell is one such example. He managed to penetrate the industry that worships innovation without making innovations with his own hands. He began to build a computer assembly in his rented room and sell them at relatively cheap prices through the mail. Now, do not know who the Dell computer?
Same steps occur in Sergey Brin and Larry Page. It performs a similar innovation, so it is now a successful Google search engine to rival the much older then, such as Yahoo!, Alta Vista, and Lycos.
In this book also expressed about the inventors who are less fortunate. In contrast the advantages it enjoyed by others. One example is Coco Chanel. When perfume is generally made with one type of flower, herb perfume Coco found remarkable: the combination of several types of flowers that then produce Chanel No.. 5. But unfortunately, due to the difficulty of capital, thirst Coco teamed up with Pierre Wertheimer family, which have an infrastructure for large-scale manufacture of perfume. The result? Wertheimer family who actually enjoy the wealth, even to her grandchildren are now.
One hundred and successful tactics can be an inspiration to the reader, that great success can happen to anyone and by any means. The important thing is persistence and courage in the face of risk.
You must know the product Mac, iPod, and the last iPhone. The third product is a very famous brand of Apple Inc. company. In fact, Apple is currently considered as one of the most influential companies in the world of technology development. So, what exactly is the key to success of Apple in creating technological innovations?
Is the figure of Steve Jobs, the founder of Apple was the one who has a vision far into the future so as to make Apple into a highly respected company until now. However, if you look at the story of Steve, we can actually see how he was a fan of simplicity and beauty. These are the two basic key - in addition to his vision of the future - which makes Apple managed to break the dominance of Microsoftnya Bill Gates.
For those of you who are already familiar with some of Apple's products, would soon find out how Apple products are very simple and user friendly. However, although simple, very elegant shape. This is what makes Apple's always had a rabid fan. Of course, this can not be separated from the cold touch of the hands of the founder, Steve Jobs.
Steve Jobs was born on February 24, 1955 from an American mother, Joanne Carole Schieble, and the father of Syrian nationality, Abdulfattah "John" Jandali. However, at birth, he was soon adopted by the couple Paul and Clara Jobs. Since childhood, Jobs had already shown interest in electronic devices. In fact, he had telephoned William Hewlett - Hewlett Packard president - to have some electronic components for school work. It just offered moonlighted during the summer holidays. At Hewlett-Packard Company where he was met with Steve Wozniak, who became his partner founded Apple.
A high IQ makes Steve join acceleration classes. But, he was often suspended because of bad acting - firecrackers to blow off a snake in the classroom. At the age of 17, he enrolled at Reed College, Portland, Oregon. However, he dropped out after one semester. Even so, he still take a calligraphy class at the university. That's what makes it so loves beauty.
In 1974 he returned to California. He worked at Atari game company with Steve Wozniak.One time, Steve Jobs is interested in Wozniak's computer designs. He also persuaded Wozniak to establish a computer company. And, since then, exactly 1 April 1976, at the 21st usinya, Steve founded Apple Computer. Long story short, the success story soon became part of her life with Apple.
However, when the company was growing, the Apple board fired Steve precisely because it was considered too ambitious. A dismissal from the company he founded himself.Although time to feel down, because his love of technology, he soon rose. Steve founded NeXT Computer. Shortly, he bought Pixar animated film company. Of the two companies that was her name again flying. This contrasts with what happened to Apple. The company was actually on the verge of bankruptcy.
At that moment, Steve returned to Apple, the result of Apple's acquisition of NeXT. Many people who predicted Steve no longer able to lift Apple's. Steve responded with a cold. "I believe that one thing that can make me survive is that I love what I do. We must look for what we love. And it is true that our work is our lovers. Our work will fill most of our lives.And the only way to achieve true satisfaction is to do what we believe, "said Steve.
Steve's love is what led Apple to return to orbit the elite ranks of top technology appliance manufacturers. iPod and iPhone is currently the best-selling products on the market. His vision to the front also makes iTunes so successful most successful digital music store in the world. He answered doubts people with real work and brilliant results. Form of beautiful, elegant, simple, yet powerful, became the hallmark of Apple products today.
Our love of what we do will be our path to success. This was evidenced by the figure of Steve Jobs. In fact, although he had collapsed and "expelled" from his own company, his love of technology make it back. This is proof that if we love our jobs with a vengeance, the results achieved would be far more leverage.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar