Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormone tumbuhan atau fitohormon.
Penggunaan istilah ” hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada
hewan; dan, sebagaimana pada hewan,hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang
sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini
karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan ( hormone endogen, dihasilkan
sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat
tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan ( hormo neksogen, diberikan
dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur
tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).Hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan
lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah
mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, Hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah
membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat
sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang
kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk
(misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman
buah musiman.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
A. Faktor Luar
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi
salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan
tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu : di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap
jenis tumbuhan.
4. Cahaya : mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang
penyinaran.
B. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.merupakan faktor yang berkaitan dengan keturunan atau gen
2. Hormon.
1. Auksin
adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang
dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928)
pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena
sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan
bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya.
Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi
yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went
kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung
tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro
indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan,
asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam
indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan
dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya
adalah: Perkembangan buah, Dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu
tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah),
Absisi dan Pembentukan akar adventif.
Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun
pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang
mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method
yaitu dengan the straight growth tets dan curvature Menurut Larsen (1944),
Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan test sebagai bahan auxin yang aktif dalam
tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam
menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut
menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine
sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam
biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili
Cruciferae dan merupakan zat yang dapat dikelompokan ke dalam auxin (Jones et
al, 1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan
enzym nitrilase dapat membentuk auxin. Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961)
menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari
Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleethanol)
yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA adalah atas bantua
bakteri (Rayle dan Purves, 1976). Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin
menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah
Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses
pemecahan molekul.
Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon
tumbuh ini berpengaruh terhadap : a. Pengembangan sel b. Phototropisme c.
Geotropisme d. Apical dominasi e. Pertumbuhan akar (root initiation) f.
Parthenocarpy g. Abisission h. Pembentukan callus (callus formation) dan i.
Respirasi
2. Giberelin
adalah jenis Hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa
(1926). Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat
mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar
kecambah. Dalam tahun (1951) Stodola dkk melakukan penelitian terhadap
substansi ini dan menghasilkan “Gibberelline A” dan “Gibberelline X”. adapun
hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3 . Pada saat yang
sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical
Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver
1972). Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun
muda, dan akar. Giberelin memiliki beberapa peranan, antara lain: Memacu
perpanjangan secara abnormal batang utuh, Perkecambahan biji dan mobilisasi
cadangan makanan dari endosperm untuk pertumbuhan embrio, Perkembangan bunga
dan buah, Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan dan Merangsang
pembelahan dan pemanjangan sel.
Alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis gibberellin. Menurut Mac
Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada
yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada
tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya. Jenis gibberellin
yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16,
GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman
derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan
yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat
tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13. Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7
s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1,
GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7,
diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3,
GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada
sword bean. Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada
pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang
(GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman
Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20.
Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang
terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan
GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk
bayam (spinach) didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan
GA29. 2. Metabolisme gibberelline Gibberellin adalah zat kimia yang
dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit
isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.C C-C-C C Unit Isoprene (5-C)
Unit-unit triterpene isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan (C-30).
Monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan Biosintesis
gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari
Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah
diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa
contoh growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman
antara lain Amo1618 tanaman (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 mentimun dalam liar
(Exhmocytis metil phenil-4pipendine Amo-1618 karboksilatmetil klorida)
menghambat biosintesis gibberelline pada macrocarpa). dari menghambat proses
perubahan Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant
CCC (2chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang
sama dengan Amo-1618. 3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline
Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung “gibban
skeleton”. Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah: a.
beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai
20 buah atom karbon. b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent
gibberellene numbering system) Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah
monocarboxylic acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai
sebuah lactonering. Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak
dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane
structure tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura
dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang
dinamakan “helminthosporol” yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah
padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu
“Steviol”, namun aktivitasnya seperti gibberelline. O H OH CO CH2 HO H COOH H
CH3 H GA3 (gibberellic acid) 4. Arti gibberellin bagi fisiologi tanaman.
Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat
genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, mempunyai serta
partohenocarpy, peranan dalam mobilisasi mendukung sintesa karbohidrat
perpanjangan selama sel (cell perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi
kainnya. Gibberelline elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan
RNA baru protein. Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman,
mempunyai peranan dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada
bungan spothiphyllum Mauna loa.Peranan Gibberellin dalam pematangan buah (fruit
ripening) Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu
terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi
yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.
Dalam proses pematangan ini, gibberelline mempunyai peran penting yaitu mampu
mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis
buah.Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gibberelline berperan penting dalam
proses aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang
mengakibatkan aktivitas amilase miningkat. Aktivitas enzym a amilase dan
protease di dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis.
Hal ini ada hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan
RNA. f.Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem. Gibberelline
mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem. Aplikasi GA3
dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya diferensiasi
xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA dengan
konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis pada
xylem. Sedangkan aplikasi auxin saja tidak memberi pengaruh. Pada tanaman
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji.
3. Sitokinin
Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller
pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam
endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP
(6-benzilaminopurin) dan 2-ip. Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara
lain:
1) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
2) Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.
3) Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun.
4) Menunda penuaan daun.
5) Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah
masa istirahat biji (breaking dormancy).
Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan
bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa
cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut
akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini. NH2 N NH Adenine (6-amino
purine) 2. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman Penelitian pertumbuhan pith
tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai
perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila
dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan
memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila
cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada
pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin dan auxin berimbang,
maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila
konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan
pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus . Sedangkan
dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan
secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture.
Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses
mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut. 3. Interaksi Cytokinin,
Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman Di dalam alam tidak satu
unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara satu sama
lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur
tumbuh . Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin
bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara
berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman.
4. Etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen
disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat.
Selain etilen yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu
etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering digunakan para
pedagang untuk mempercepat pemasakan buah. Selain memacu pematangan, etilen
juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan
menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan,
menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan
batang kecambah. Hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin,
Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas
dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan
apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan
berperan pada proses pematangan buah dalam fase climacteric. Penelitian
terhadap ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan Kriedermann
(1975), hasilnya menunjukan gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar
tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et al (1931) menunjukan bahwa ethylene
dapat mendukung terjadinya abscission pada daun, namun menurut Rodriquez
(1932), zat tersebut dapat mendukung proses pembungaan pada tanaman nanas.
Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara auxin dan
ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara
mengaplikasikan auxin pada jaringan setelah ethylene berperan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kehadiran auxin dapat menstimulasi produksi ethylene. 1.
Struktur kimia dan Biosintesis ethylene Struktur kimia ethylene sangat
sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen seperti gambar
di bawah ini : HH C=C HH Ethylene Biosintesis ethylene terjadi di dalam
jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari asam amino methionine atas
bantuan cahaya dan FMN (Flavin Mono Nucleotide) menjadi Methionel. Senyawa
tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethykene,
methyl disulphide, formic acid. Peranan ethylene dalam fisiologi tanaman Di
dalam proses fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting. Wereing dan
Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh ethylene dalam fisiologi tanaman
sbb: mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah mendukung epinasti,
Menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa
species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang,
coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi,
Menstimulasi perkecambahan, Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical
lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal, Mendukung
terbentuknya bulu-bulu akar, Mendukung terjadinya abscission pada daun h.
Mendukung proses pembungaan pada nanas, Mendukung adanya flower fading dalam
persarian anggrek, Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral,
Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi
auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya ethylene. Tetapi kehadiran ethylene
menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan
konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang
diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin,
akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis ethylene dan
precursor. 3. Peranan ethylene dalam proses pematangan buah. Dari hasil
penelitian terhadap tanaman kacang (pea), menunjukan bahwa pembentukan ethylene
lebih tampak pada jaringan meristem tempat auxin dihasilkan. Disini IAA
mengontrol pembentukan ethylene dalam perpanjangan batang pea. Kehadiran
kinetin dalam pertumbuhan tunas lateral dapat mengatasi penghambatan yang
diakibatkan oleh IAA. Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya
penghambatan transportasi auxin oleh endogenous ethylene yang menyebabkan
terjadinya abscission pada daun, dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan
buah.
5.Asam absisat (ABA) Asam absisat (ABA) merupakan penghambat
(inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon Asam Absisat (ABA)
Asal kata: Bahasa Latin
Penemu: P.F. Wareing dan F.T. Addicott
Objek penelitian: buah kapas
Hasil penelitian : Mendorong terjadinya perontokkan (absisi) pada tumbuhan
Jenis : Kinetin, Zeatin (pada jagung) benzil amino purin
Kesimpulan : hormon yang menyebabkan kerontokan ada saun dan buah
Fungsi Hormon Asam Absisat (ABA)
Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh
Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air
Membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan
Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan sel bahkan menghentikannya
Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen
Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah
Hormon ini dibentuk pada daundaun dewasa. Asam absisat mempunyai peran
fisiologis diantaranya adalah:
1) Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan
dormansi tunas.
2) Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan
mendorong sintesis protein simpanan.
3) Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.
6. Hormon Luka/Kambium luka/Asam traumalin
Hormon yang merangsang sel-sel daerah luka menjadi bersifat meristematik
sehingga mampu mengadakan penutupan bagian yang luka
Vitamin B12 9riboflavin), piridoksin (vit. B6) asam ascorbat (vit. C), thiamin
(vitamin B1), asam nikotinat merupakan jenis vitamin yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan
Vitamin berperan sebagai kofaktor
7.poliamina
Mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar seperti
sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan
rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada
interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari
polyamine dan muatan negatif dari phosphat.Polyamine adalah kunci dari migrasi
sel, perkembangbiakan dan diferensiasi pada tanaman dan hewan. Level metabolis
dari polyamine dan prekursor asam amino adalah sangat penting untuk dijaga,
oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur secara
ketat.Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan
juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan, depot lemak,
integritas pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia. Sebagai
tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyak digunakan untuk
mengendapkan DNA dalam biologi molekuler. Spermidine menstimulasi aktivitas
dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA polymerase dan ini kemudian digunakan
sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim
8.Hormon Kalin
Dihasilkan pada jaringan meristem. Memacu pertumbuhan organ tubuh tumbuhan
Jenisnyaadalah:
a. Fitokalin: memacu pertumbuhan daun
b. Kaulokalin: memacu pertumbuhan batang
c. Rhizokalin: memacu pertumbuhan akar
d. Anthokalin: memacu pertumbuhan bunga dan buah Florigen hormon tumbuhan yang
khusus merangsang pembentukan bunga.